Monday, 12 September 2016

Makeup vs No Makeup

Dalam 3 bulan terakhir ini, rasanya gw lagi seriing banget browsing soal makeup, nyoba-nyoba jenis makeup baru (halooo tumpukan highlighter yang teronggok di pojok lemari dandan), dan jadi spend time lebih lama di pagi hari untuk dandan daripada sebelumnya.

Mungkin gw korban Youtube dan Instagram, mungkin gw kebanyakan nonton channel nya Kathleen Lights, tapi se dandan-dandan nya gw, tetep tujuannya cuma untuk bikin gw terlihat lebih fresh dan presentable aja. Gw dandan bukan untuk jadi orang lain seperti yang biasa ditampilkan di Instagram tutorial para makeup gurus kok. Kalo ini sih menurut gw lebih ke 'art' ya, bukan jenis makeup yang bisa di apply sehari-hari.

Emangnya nggak PD sama muka asli kalo nggak makeup-an? Nah, disinilah banyak yang salah paham soal kenapa perempuan demen makeup-an. Gw pribadi sih PD aja kok keluar rumah tanpa makeup. Tapi kemana dan ketemu siapa dulu.. Kalo untuk sekedar jalan sore, nemenin anak berenang, belanja groceries ke supermarket atau ke pasar, atau main ke rumah temen, ya selalu tanpa makeup. Lain cerita ketika gw kerja, jalan ke mall, pergi dinner, atau diundang ke acara wedding dsb, pake makeup itu wajib hukumnya.


Kalo ke kantor, at least gw pake bedak, mascara dan lipstik. Nggak usah pake foundation tebel kok, nggak perlu juga blush/bronzer/highlighter berlapis. Kenapa? Karena gw emang cuma pengen terlihat 'ready'. Tujuannya ya karena gw menghargai tempat kerja gw. Gw menghargai employer gw, dengan menunjukkan bahwa I'd rather be at work than in bed. Coba kalo muka polos dan rambut berminyak ucluk-ucluk gw ngantor, apa bedanya sama ngantor dan mau malas2an tidur2an di rumah?

Kemarin gw baca artikel soal Alicia Keys yang udah sejak lama mengurangi pake makeup, gong nya adalah ketika dia jalan di red carpet MAKEUP FREE. Katanya hal ini justru membuat dia merasa empowered, merasa cantik luar dalam. Menurut gw nggak sepenuhnya bener lho.. Mungkin bener dia merasa lebih bahagia tanpa makeup, tapi gimana dengan orang yang liat? Really? Apakah menurutnya MTV VMA didn't deserve her effort in putting on makeup? Kalau memang merasa bahagia dengan kulit aslinya, silahkan aja, tapi harus pinter-pinter liat sikon dong ya..

Message yang mau dia sampaikan emang bagus sih, bahwa jadi perempuan kita nggak perlu merasa pressured untuk harus selalu tampil cantik sempurna. Tapi kan pada prakteknya, menjadi terlihat sempurna rapi, fresh, dan cantik itu bukan satu-satunya alasan perempuan pake makeup. Masih ada aspek lainnya, yaitu menghargai orang lain, entah itu yang ngundang kita ke acaranya, atau employer kita. Atau bahkan bagi sebagian perempuan, pake makeup itu adalah salah satu bentuk dari apresiasi terhadap diri sendiri.

Jangan malah jadi mendiskreditkan mereka-mereka yang suka pake makeup. Hak masing-masing kan? Perempuan pake makeup pun kayaknya alesannya justru lebih banyak yang karena emang suka, karena enjoy dan bukan karena 'tekanan lingkungan' untuk harus selalu tampil oke. Perempuan dandan itu lebih kayak therapy untuk dirinya sendiri, rather than an attempt to impress men. 


Lama-lama semua makin dikotak-kotakin, dibeda-bedakan antara working mom vs stay at home mom lah, ibu yang ngasih asi vs formula lah, dll. Sekarang malah ini lagi makeup vs no makeup. Kuncinya sih everything in moderation. Seperlunya dan sepantasnya aja. Nggak harus saklek dipatokin yg suka pake makeup atau yang suka muka polos itu berarti lebih baik dari yang satunya. 

Jadi ya gitu deh uneg-uneg hari ini setelah baca artikelnya mbak Alicia. Semua perempuan itu cantik kok, baik itu dengan atau tanpa makeup. Asal tau tempat/event aja, kapan harus dandan natural, kapan harus dandan tebel, dan kapan enaknya nggak makeup-an sama sekali :)

No comments:

Post a Comment