Setiap pergantian tahun, selalu terasa tahun sebelumnya itu cepat banget berjalan. I still remember clearly how we drove to Shelley area to watch some fireworks with Ghani (at 9pm of course, since this was a child-hour-friendly fireworks and light show) and went straight home after that. Segitu jelasnya di ingatan, sampai details seberapa jauhnya kita jalan dari mobil ke pinggir danau pun gw masih inget banget.
Tapi kegiatan in between tahun lalu dan sekarang, malah nggak terlalu keinget jelas. Rasanya saking cepatnya, kita belum sempat leha-leha sama sekali tahun ini. Selalu terburu-buru, selalu banyak yang menunggu untuk dikerjakan. Ada begitu banyak hal yang kita syukuri di tahun ini. Mulai dari orang tua dan keluarga yang semuanya dalam keadaan sehat, sampai karier yang walaupun hampir stagnan namun selama setahun penuh kita sama-sama punya secure job.
Oh iya, sebenernya ada juga kesedihan mendalam yang terjadi di 2017. I found out I was pregnant, but then had a miscarriage at about 10-11 weeks. Masih trimester pertama, sayangnya janin nggak berkembang. Proses kuret berjalan lancar. We moved on, tapi tetep terselip rasa sedih setiap liat Ghani lagi main sendirian. Rasanya kok seperti gagal ngasih dia sibling. Apalagi bulan Oktober-November kemarin (due lahiran baby no.2), sempet hampir nangis sesenggukan di toilet kantor, tapi untungnya inget bahwa ini adalah jalan terbaik yang sudah Allah tentukan buat kita.
Highlight of the year nya, tentu aja berhasil punya rumah sendiri dan sampai sekarang pun masih nyicil mengngisi dan mendekor rumah ini. Tepat di tahun baru 2018, kita akhirnya bisa tidur di kamar utama (setelah 3 bulan pindah kesini dan masih belum selesai juga unpack barang-barang). Rasanya legaa banget, karena meskipun masih banyak yang harus dikerjakan, bisa tidur di kamar sendiri itu bikin ngerasa kalo kita udah betul-betul settle disitu. Sebelumnya waktu masih tidur di kamar tamu, belum terlalu kerasa sensasi 'pindah rumah' nya. Apalagi waktu itu master bedroom masih dijadiin gudang-slash-ruang nyetrika :D
Oh iya, sebenernya ada juga kesedihan mendalam yang terjadi di 2017. I found out I was pregnant, but then had a miscarriage at about 10-11 weeks. Masih trimester pertama, sayangnya janin nggak berkembang. Proses kuret berjalan lancar. We moved on, tapi tetep terselip rasa sedih setiap liat Ghani lagi main sendirian. Rasanya kok seperti gagal ngasih dia sibling. Apalagi bulan Oktober-November kemarin (due lahiran baby no.2), sempet hampir nangis sesenggukan di toilet kantor, tapi untungnya inget bahwa ini adalah jalan terbaik yang sudah Allah tentukan buat kita.
Highlight of the year nya, tentu aja berhasil punya rumah sendiri dan sampai sekarang pun masih nyicil mengngisi dan mendekor rumah ini. Tepat di tahun baru 2018, kita akhirnya bisa tidur di kamar utama (setelah 3 bulan pindah kesini dan masih belum selesai juga unpack barang-barang). Rasanya legaa banget, karena meskipun masih banyak yang harus dikerjakan, bisa tidur di kamar sendiri itu bikin ngerasa kalo kita udah betul-betul settle disitu. Sebelumnya waktu masih tidur di kamar tamu, belum terlalu kerasa sensasi 'pindah rumah' nya. Apalagi waktu itu master bedroom masih dijadiin gudang-slash-ruang nyetrika :D
Kalo mau dirangkum dalam satu paragraf, in 2017 itu isinya kita work work work, had a miscarriage, booked a holiday, officially became a home-owner, and cancelled the holiday. Yes, holiday yang kuimpikan selama ini itu terpaksa harus di cancel karena waktu keberangkatannya bertepatan dengan kita masuk ke rumah baru.